Jumatan kali ini ustad di mesjid ceramahnya cukup menarik dari baisanya,tumben-tumbennya banyak orang yang sangat tertarik mendengarkan ceramah. Saat itu ustadnya bercerita tentang gerhana matahari, sekitar 1 bulan yang lalu yaitu dalam bulan januari di daerah padang terjadi sebuah fenomena alam yang sangat langka yang dapat kita saksikan, sebenarnya tidak cuma di padang sih, di jakarta juga, akan tetapi cuaca di jakarta kurang mendukung saat itu, fenoma tersebut yaitu gerhana matahari cincin, gerhananya pun adalah termasuk gerhana yang lama terjadi yaitu selama dua setengah jam. Wow cukup lama juga ya. Lalu katanya untuk daerah padang kita sebenarnya sangat beruntung, karena pada hari itu cuaca sangat cerah di padang, tak ada awan yang mengganggu pemandangan kita ke arah langit, dan sekitaran jam dua siang gerhana total pun dapat kita saksikan, subhanallah, itulah kata yang dapat saya sebutkan katanya. Saya melihat pemandangan menakjubkan itu melalui sebuah bejana yang telah diisi air dan saya menggunakan alat bantu yaitu sebuah lensa. Saya mengajak anak-anak murid saya, guru-guru dan tetangga sekitar. Tetapi saya heran, saya tidak mendengar satupun ucapan takbir dari corong-corang mesjid, padahal sewaktu saya tinggal di jakarta dulu sekitar tahu 1980an sewaktu ada gerhana seperti ini saya mendengarkan suara takbir bersahut-sahutan dari tiap-tiap mesjid dan mushala, lalu disaat gerhana mereka semua melaksanakan shalat gerhana. Hmm, shalat gerhana??? Sebuah hal baru yang ku dengar.
Ustad tadi berkata bahwa shalat gerhana itu hukumnya adalah sunnah yang diistimewakan. Dan beruntunglah orang yang melaksanakan shalat pada saat-saat tersebut. Takbir yang dikumandangkan saat itu berfungsi sebagai panggilan untuk umat islam agar datang ke mesjid, shalat dilakukan secara berjamaah, dan yang istimewa dari shalat gerhana ini, rasulullah memerintahkan kepada imam untuk menjelaskan bacaan shalatnya, padahal sebagaimana kita tahu shalat pada siang hari bacaannya tidak di keraskan. Dan tata cara shalatnya pun berbeda, yaitu dilakukan 2 rakaat namun dalam 4 takbir dan 4 rukuk.
Kenyataan yang saya temukan di padang sekarang ini adalah kebalikan dari waktu saya di jakarta dulu itu, saya sangat prihatin, seharusnya para ulama-ulama disini melakukan hal tersebut. Saya pernah bertanya kepada salah seorang ulama disini, namum jawabannya hanya satu kata “LUPA”. Huft, alangkah prihatinnya saya. Padahal, ulama kondang indonesia Din Syamsuddin telah mengingatkan umat islam indonesia 2 hari sebelumnya. Saya membayangkan alangkah lebih indahnya saat itu jika kita semua dapat melaksanakan sunnah yang mulia tersebut. Padahal sewaktu gerhana kemarin itu bertepatan dengan hari jumat, dan seharusnya setelah shalat jumat, kita semua langsung menggumamkan takbir, dan dilanjutkan dengan shalat gerhana, karena waktu terjadinya gerhana tidak beberapa lama setelah shalat jumat selesai.
Aku rasanya sangat beruntung hari itu, karena ilmu yang sangat bermanfaat ku dapatkan hari itu, walaupun kata ustad tersebut di sekolah-sekolah dasar shalat ini telah diajarkan, tapi ucapku dalam hati tak apalah aku tahu sedikit terlambat, lebih baik terlambatkan dari pada tidak sama sekali. Dan di akhir khutbah pertama ustad tersebut menambahkan bahwa kejadian yang sama akan terjadi sekitar tahun 3010an, dan sumbernya ini datang dari BMKG langsung. Tetapi shalat gerhana tidak hanya dilaksanakan pada saat gerhana matahari saja, melainkan juga dapat dilaksanakan pada saat gerhana bulan.
Pada saat khutbah ke dua, ustad juga sedikit menyinggung tentang akhlak dan budi pekerti masyarakt indonesia, dahulu negara indonesia pernah terkenal karena keramahannya, dan keelokan tutur bahasa dan budi pekertinya, tapi itu sekarang hanya sekedar masa lalu, karena dapat kita saksikan baru-baru ini hal tersebut tidak ditemukan lagi, karena mental dan emosi kita semua sudah sulit untuk dikendalikan, saya sangat berharap indonesia yang terkenal akan keelokan tingkah lakunya dulu dapat kita rasakan kembali.
0 komentar:
Posting Komentar