alhamdulillah dah, akhirnya blog ku terisi juga oleh tulisanku sendiri.
di awal posting ini cukup 3 buah tulisan dulu yang di upload. mudah-mudahan ada yang baca, n suka ama tulisan ku. and jangan lupa ya bagi yang baca tolong di tinggalin comment nya. entah apalah isinya itu terserah kpd nyang baca. entah kritik ntah saran ntah cuma bla bla bla aja.
terima kasih sebelumnya, dan mudah-mudahan kita semua selalu dlam lindungan yang maha kuasa, dan kita terutama kepada para pembaca selalu diberi kesahatan dan kemudahan serta kesuksesan dalam menjalani hidup ini.
n_n
thanks banyak-banyak... hkhkhk
“Tahun berapa ya Om bisa pergi naik haji?”, itulah kata-kata yang terucap dari mulut om ku malam ini, sewaktu kami akan makan malam. “Memangnya sekarang umur om sudah berapa om?” tanyaku, lalu sahut tante ku “umur om gilang sekarang udah hampir 49 tahun”. Kalau tidak salah batas maksimal naik haji sekarang ini 65 tahun ya tante?, tante ku mengangguk. Berarti waktu yang dimiliki om ku untuk naik haji sudah tidak banyak lagi ya, paling kurang sekitar 15 tahun lagi, namun selama yang ku ketahui untuk dapat berangkat naik haji itu adalah sekitar 5 tahun setelah proses proses administrasi selesasi, berarti jadinya sekitar 10 tahun lagi dong?.
Om dan tante ku masih berdiskusi tentang hal tadi, akan tetapi pikiranku sudah menuju ke kampung halamanku di solok sana, ke tempat ayah, ibu dan adikku tinggal sekarang ini, maklumlah sekarang ini aku sedang merantau untuk berkuliah di negeri padang. Aku ingat-ingat umur ayah kurang lebih sudah setengah abad dan umur ibuku sudah mendekati pula 45 tahun, sedang apa ya mereka disana? Apakah mereka sehat-sehat saja? Atau malah sebaliknya?, sudah lama aku tidak mengunjungi daerah yang terkenal dengan berasnya itu.
Naik haji, itulah sekarang yang ku bayangkan, tapi bukan aku yang naik haji, melainkan kapan orang tua ku bisa melaksanakannya, mengunjungi tempat suci bagi seluruh umat islam ini. Umur mereka memang sudah tidak muda lagi, namun mereka masih memiliki beban untuk menyekolahkan ketiga anak terhebat yang mereka miliki, kakaku dan aku yang saat ini sedang berkuliah, dan adikku masih bersekolah di tingkat akhir. Apakah sempat terpikirkan oleh mereka untuk pergi berhaji? Ku rasa pernah, karena dulu aku pernah mendengar ayah, ibu dan keluarga besarku bersenda gurau tentang impian indah dan suci itu, namun akhir-akhir ini aku tidak pernah lagi mendengar impian itu, kenapa ya?, mungkin karena beban yang masih mereka tanggung sehingga membuat impian itu terlupakan, terhimpit oleh impian terbaik yang lain yang mereka miliki. Mereka pernah mengatakan kepada kami, bahwa mereka sangat ingin melihat anak-anak kesayangannya sukses, menjadi orang besar dan berguna bagi orang lain, berapapun bayaran untuk mendapatkan itu akan mereka usahakan, amin, itulah ucap mereka berdua kepada anak yang masih belum bisa berbakti ini. Itu terucap semata-mata karena mereka tidak ingin anak-anak mereka merasakan kepahitan yang mereka rasakan sewaktu kecil.
Mungkin gilang yang bakalan bisa “menaik hajikan” om dan tantenya ini, itulah kata tante ku yang membuyarkan lamunan-lamunanku tadi. Oh iya tan, doain aja semoga gilang sukses ya, dan mereka berdua mengaminkan secara serentak. Mendengar perkataan tante ku tadi, aku menemukan sebuah jawaban, mungkin seperti ini jalannya kuasa allah sang pemilik kuasa atas segala hal, orang tuaku akan naik haji dengan dibiaya oleh anak-anak yang mereka didik dengan penuh sabar ini. Mereka rela menunda keinginan naik haji itu agar kami menjadi orang sukses terlebih dahulu, dan setelah kami sukses, kami akan menaik hajikan mereka, namun itu tidak pernah terucap oleh mereka. Ya Allah betapa mulianya hati mereka, hamba tidak sanggup mengecewakan mereka, betapa hancurnya hati mereka jika kami anak ini tidak bersungguh-sungguh dalam melaksanakan harapan mulia mereka itu, dan mungkin tidak hanya orang tua ku saja yang kecewa, akan tetapi engkau ya Allah akan murka terhadap ku, karena menghambur-hamburkan biaya yang seharusnya dapat digunakan untuk mengunjungi engkau di tanah suci sana.
Malam ini, di kamarku yang kecil yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan luasnya kuasa mu atas kehidupan, tulisan ini ku tulis dengan kesungguhan hati, dengan harapan agar hamba mu ini diberikan kekuatan, kemampuan dan keteguhan hati untuk dapat mencapai segala cita-cita hamba, serta mewujudkan keinginan mulia orang tua hamba terhadap anak-anak terhebat mereka ini. Dan yang paling hamba harapkan dari semua kuasa Mu atas kehidupan hamba ini, mudahkanlah dan sempatkanlah hamba untuk dapat “menaik hajikan” orang-orang yang hamba cintai. Dan bimbinglah hamba agar tak keluar dari jalan kebaikanmu, jangan biarkan hamba menjadi anak yang durhaka, yang tidak pernah menyadari bahwa orang tuanya sangat menyayangi mereka bagaimanapun keadaan mereka
Terakhir, ayah dan ibuku maafkanlah anakmu ini yang masih belum bisa membalas semua jasa-jasamu dan masih sering membuatmu sakit hati. Dan teruntuk kepada yang paling diagungkan di lanigt dan di bumi maafkanlah hamba yang terlalu lancang beranai memohon kepadamu, padahal dosa hamaba mu ini sangatlah banyak, akan tetapi kepada siapa lagi aku dapat memohon kecuali kepada engkau ya Allah.
Padang, 5 Februari 2010
Seseorang yang sangat ingin berbakti kepada orang tuanya.
Om dan tante ku masih berdiskusi tentang hal tadi, akan tetapi pikiranku sudah menuju ke kampung halamanku di solok sana, ke tempat ayah, ibu dan adikku tinggal sekarang ini, maklumlah sekarang ini aku sedang merantau untuk berkuliah di negeri padang. Aku ingat-ingat umur ayah kurang lebih sudah setengah abad dan umur ibuku sudah mendekati pula 45 tahun, sedang apa ya mereka disana? Apakah mereka sehat-sehat saja? Atau malah sebaliknya?, sudah lama aku tidak mengunjungi daerah yang terkenal dengan berasnya itu.
Naik haji, itulah sekarang yang ku bayangkan, tapi bukan aku yang naik haji, melainkan kapan orang tua ku bisa melaksanakannya, mengunjungi tempat suci bagi seluruh umat islam ini. Umur mereka memang sudah tidak muda lagi, namun mereka masih memiliki beban untuk menyekolahkan ketiga anak terhebat yang mereka miliki, kakaku dan aku yang saat ini sedang berkuliah, dan adikku masih bersekolah di tingkat akhir. Apakah sempat terpikirkan oleh mereka untuk pergi berhaji? Ku rasa pernah, karena dulu aku pernah mendengar ayah, ibu dan keluarga besarku bersenda gurau tentang impian indah dan suci itu, namun akhir-akhir ini aku tidak pernah lagi mendengar impian itu, kenapa ya?, mungkin karena beban yang masih mereka tanggung sehingga membuat impian itu terlupakan, terhimpit oleh impian terbaik yang lain yang mereka miliki. Mereka pernah mengatakan kepada kami, bahwa mereka sangat ingin melihat anak-anak kesayangannya sukses, menjadi orang besar dan berguna bagi orang lain, berapapun bayaran untuk mendapatkan itu akan mereka usahakan, amin, itulah ucap mereka berdua kepada anak yang masih belum bisa berbakti ini. Itu terucap semata-mata karena mereka tidak ingin anak-anak mereka merasakan kepahitan yang mereka rasakan sewaktu kecil.
Mungkin gilang yang bakalan bisa “menaik hajikan” om dan tantenya ini, itulah kata tante ku yang membuyarkan lamunan-lamunanku tadi. Oh iya tan, doain aja semoga gilang sukses ya, dan mereka berdua mengaminkan secara serentak. Mendengar perkataan tante ku tadi, aku menemukan sebuah jawaban, mungkin seperti ini jalannya kuasa allah sang pemilik kuasa atas segala hal, orang tuaku akan naik haji dengan dibiaya oleh anak-anak yang mereka didik dengan penuh sabar ini. Mereka rela menunda keinginan naik haji itu agar kami menjadi orang sukses terlebih dahulu, dan setelah kami sukses, kami akan menaik hajikan mereka, namun itu tidak pernah terucap oleh mereka. Ya Allah betapa mulianya hati mereka, hamba tidak sanggup mengecewakan mereka, betapa hancurnya hati mereka jika kami anak ini tidak bersungguh-sungguh dalam melaksanakan harapan mulia mereka itu, dan mungkin tidak hanya orang tua ku saja yang kecewa, akan tetapi engkau ya Allah akan murka terhadap ku, karena menghambur-hamburkan biaya yang seharusnya dapat digunakan untuk mengunjungi engkau di tanah suci sana.
Malam ini, di kamarku yang kecil yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan luasnya kuasa mu atas kehidupan, tulisan ini ku tulis dengan kesungguhan hati, dengan harapan agar hamba mu ini diberikan kekuatan, kemampuan dan keteguhan hati untuk dapat mencapai segala cita-cita hamba, serta mewujudkan keinginan mulia orang tua hamba terhadap anak-anak terhebat mereka ini. Dan yang paling hamba harapkan dari semua kuasa Mu atas kehidupan hamba ini, mudahkanlah dan sempatkanlah hamba untuk dapat “menaik hajikan” orang-orang yang hamba cintai. Dan bimbinglah hamba agar tak keluar dari jalan kebaikanmu, jangan biarkan hamba menjadi anak yang durhaka, yang tidak pernah menyadari bahwa orang tuanya sangat menyayangi mereka bagaimanapun keadaan mereka
Terakhir, ayah dan ibuku maafkanlah anakmu ini yang masih belum bisa membalas semua jasa-jasamu dan masih sering membuatmu sakit hati. Dan teruntuk kepada yang paling diagungkan di lanigt dan di bumi maafkanlah hamba yang terlalu lancang beranai memohon kepadamu, padahal dosa hamaba mu ini sangatlah banyak, akan tetapi kepada siapa lagi aku dapat memohon kecuali kepada engkau ya Allah.
Padang, 5 Februari 2010
Seseorang yang sangat ingin berbakti kepada orang tuanya.
Jumatan kali ini ustad di mesjid ceramahnya cukup menarik dari baisanya,tumben-tumbennya banyak orang yang sangat tertarik mendengarkan ceramah. Saat itu ustadnya bercerita tentang gerhana matahari, sekitar 1 bulan yang lalu yaitu dalam bulan januari di daerah padang terjadi sebuah fenomena alam yang sangat langka yang dapat kita saksikan, sebenarnya tidak cuma di padang sih, di jakarta juga, akan tetapi cuaca di jakarta kurang mendukung saat itu, fenoma tersebut yaitu gerhana matahari cincin, gerhananya pun adalah termasuk gerhana yang lama terjadi yaitu selama dua setengah jam. Wow cukup lama juga ya. Lalu katanya untuk daerah padang kita sebenarnya sangat beruntung, karena pada hari itu cuaca sangat cerah di padang, tak ada awan yang mengganggu pemandangan kita ke arah langit, dan sekitaran jam dua siang gerhana total pun dapat kita saksikan, subhanallah, itulah kata yang dapat saya sebutkan katanya. Saya melihat pemandangan menakjubkan itu melalui sebuah bejana yang telah diisi air dan saya menggunakan alat bantu yaitu sebuah lensa. Saya mengajak anak-anak murid saya, guru-guru dan tetangga sekitar. Tetapi saya heran, saya tidak mendengar satupun ucapan takbir dari corong-corang mesjid, padahal sewaktu saya tinggal di jakarta dulu sekitar tahu 1980an sewaktu ada gerhana seperti ini saya mendengarkan suara takbir bersahut-sahutan dari tiap-tiap mesjid dan mushala, lalu disaat gerhana mereka semua melaksanakan shalat gerhana. Hmm, shalat gerhana??? Sebuah hal baru yang ku dengar.
Ustad tadi berkata bahwa shalat gerhana itu hukumnya adalah sunnah yang diistimewakan. Dan beruntunglah orang yang melaksanakan shalat pada saat-saat tersebut. Takbir yang dikumandangkan saat itu berfungsi sebagai panggilan untuk umat islam agar datang ke mesjid, shalat dilakukan secara berjamaah, dan yang istimewa dari shalat gerhana ini, rasulullah memerintahkan kepada imam untuk menjelaskan bacaan shalatnya, padahal sebagaimana kita tahu shalat pada siang hari bacaannya tidak di keraskan. Dan tata cara shalatnya pun berbeda, yaitu dilakukan 2 rakaat namun dalam 4 takbir dan 4 rukuk.
Kenyataan yang saya temukan di padang sekarang ini adalah kebalikan dari waktu saya di jakarta dulu itu, saya sangat prihatin, seharusnya para ulama-ulama disini melakukan hal tersebut. Saya pernah bertanya kepada salah seorang ulama disini, namum jawabannya hanya satu kata “LUPA”. Huft, alangkah prihatinnya saya. Padahal, ulama kondang indonesia Din Syamsuddin telah mengingatkan umat islam indonesia 2 hari sebelumnya. Saya membayangkan alangkah lebih indahnya saat itu jika kita semua dapat melaksanakan sunnah yang mulia tersebut. Padahal sewaktu gerhana kemarin itu bertepatan dengan hari jumat, dan seharusnya setelah shalat jumat, kita semua langsung menggumamkan takbir, dan dilanjutkan dengan shalat gerhana, karena waktu terjadinya gerhana tidak beberapa lama setelah shalat jumat selesai.
Aku rasanya sangat beruntung hari itu, karena ilmu yang sangat bermanfaat ku dapatkan hari itu, walaupun kata ustad tersebut di sekolah-sekolah dasar shalat ini telah diajarkan, tapi ucapku dalam hati tak apalah aku tahu sedikit terlambat, lebih baik terlambatkan dari pada tidak sama sekali. Dan di akhir khutbah pertama ustad tersebut menambahkan bahwa kejadian yang sama akan terjadi sekitar tahun 3010an, dan sumbernya ini datang dari BMKG langsung. Tetapi shalat gerhana tidak hanya dilaksanakan pada saat gerhana matahari saja, melainkan juga dapat dilaksanakan pada saat gerhana bulan.
Pada saat khutbah ke dua, ustad juga sedikit menyinggung tentang akhlak dan budi pekerti masyarakt indonesia, dahulu negara indonesia pernah terkenal karena keramahannya, dan keelokan tutur bahasa dan budi pekertinya, tapi itu sekarang hanya sekedar masa lalu, karena dapat kita saksikan baru-baru ini hal tersebut tidak ditemukan lagi, karena mental dan emosi kita semua sudah sulit untuk dikendalikan, saya sangat berharap indonesia yang terkenal akan keelokan tingkah lakunya dulu dapat kita rasakan kembali.
Ustad tadi berkata bahwa shalat gerhana itu hukumnya adalah sunnah yang diistimewakan. Dan beruntunglah orang yang melaksanakan shalat pada saat-saat tersebut. Takbir yang dikumandangkan saat itu berfungsi sebagai panggilan untuk umat islam agar datang ke mesjid, shalat dilakukan secara berjamaah, dan yang istimewa dari shalat gerhana ini, rasulullah memerintahkan kepada imam untuk menjelaskan bacaan shalatnya, padahal sebagaimana kita tahu shalat pada siang hari bacaannya tidak di keraskan. Dan tata cara shalatnya pun berbeda, yaitu dilakukan 2 rakaat namun dalam 4 takbir dan 4 rukuk.
Kenyataan yang saya temukan di padang sekarang ini adalah kebalikan dari waktu saya di jakarta dulu itu, saya sangat prihatin, seharusnya para ulama-ulama disini melakukan hal tersebut. Saya pernah bertanya kepada salah seorang ulama disini, namum jawabannya hanya satu kata “LUPA”. Huft, alangkah prihatinnya saya. Padahal, ulama kondang indonesia Din Syamsuddin telah mengingatkan umat islam indonesia 2 hari sebelumnya. Saya membayangkan alangkah lebih indahnya saat itu jika kita semua dapat melaksanakan sunnah yang mulia tersebut. Padahal sewaktu gerhana kemarin itu bertepatan dengan hari jumat, dan seharusnya setelah shalat jumat, kita semua langsung menggumamkan takbir, dan dilanjutkan dengan shalat gerhana, karena waktu terjadinya gerhana tidak beberapa lama setelah shalat jumat selesai.
Aku rasanya sangat beruntung hari itu, karena ilmu yang sangat bermanfaat ku dapatkan hari itu, walaupun kata ustad tersebut di sekolah-sekolah dasar shalat ini telah diajarkan, tapi ucapku dalam hati tak apalah aku tahu sedikit terlambat, lebih baik terlambatkan dari pada tidak sama sekali. Dan di akhir khutbah pertama ustad tersebut menambahkan bahwa kejadian yang sama akan terjadi sekitar tahun 3010an, dan sumbernya ini datang dari BMKG langsung. Tetapi shalat gerhana tidak hanya dilaksanakan pada saat gerhana matahari saja, melainkan juga dapat dilaksanakan pada saat gerhana bulan.
Pada saat khutbah ke dua, ustad juga sedikit menyinggung tentang akhlak dan budi pekerti masyarakt indonesia, dahulu negara indonesia pernah terkenal karena keramahannya, dan keelokan tutur bahasa dan budi pekertinya, tapi itu sekarang hanya sekedar masa lalu, karena dapat kita saksikan baru-baru ini hal tersebut tidak ditemukan lagi, karena mental dan emosi kita semua sudah sulit untuk dikendalikan, saya sangat berharap indonesia yang terkenal akan keelokan tingkah lakunya dulu dapat kita rasakan kembali.
Bagian 1
Sabtu, 30 Januari 2010
Hari ini, tanggal 30 januari 2010, disaat kebanyakan dari teman-teman ku menikmati liburan kuliah yang indah di kampung halaman mereka masing-masing, namun nasib berbeda tengah menimpaku saat ini, aku harus tetap datang ke kampus, padahal sekarang adalah pertengahan masa liburan semester. Menyesal?, tidak, karena ini adalah buah dari pilihanku sebelumnya, pilihan untuk bergabung dengan organisasi ini, sebuah organisasi yang menurut ku layak untuk ku masuki dan LOYALITAS-lah kata kunci untuk bisa bergabung dengan orang-orang pilihan disini.
Waktu di jam tangan ku menunjukkan pukul 20.00, sudah larut malam, memang itulah jadwal acara yang ditetapkan oleh panitia. Terduduk di antara ratusan anak manusia yang memiliki kesamaan tujuan, di dalam sebuah tenda pengungsian bekas bantuan gempa yang belum lama terjadi di daerah tersebut, itulah situasi yang sedang kualami, suasananya ramai dan riuh. Pra-Diklat UKKPK UNP adalah nama acara yang kami jalani saat ini. Kami dikumpulkan dan disuruh untuk duduk serapi mungkin guna berjalannya acara ini dengan lancar. Aku lebih memilih duduk di bagian paling pinggir agar bisa sedikit lebih leluasa, karena suasana di tenda pengungsian ini sangat menyiksaku dengan udaranya yang cukup panas, mungkin dikarenakan sirkulasi udaranya yang kurang baik.
Namun kenapa masih ada saja orang yang memilih duduk di tengah kerumunan ini, apakah mereka tidak merasakan kepanasan seperti yang kurasakan, ataukah mereka rela menahan panas demi bisa esksis di depan kakak-kakak senior kami. “Ah! Biarkan saja mereka begitu, jangan di urusin, toh uang jajan mu tidak akan berkurang karena tindakan mereka itu”, itulah kata-kata yang biasa diutarakan teman ku jika melihat orang yang suka ingin tahu dengan kegiatan orang lain.
Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran Kampus atau disingkat UKKPK, itulah nama organisasi yang sangat ingin kumasuki ini, aku ingin jadi bagian didalamnya, inilah wadah bagiku, sebuah wadah yang mencurahakan banyak ilmu, ilmu yang belum tentu bisa ku dapat ditempat lain, aku ingin meneguk semua ilmu-ilmu itu, dan dapat dengan segera merealisasikan salah satu cita-cita mulia ku di disini, menjadi penyiar radio.
Disana, Di depan kami, dua orang kakak senior tengah asik bercengkrama guna membuat acara yang kami ikuti ini tidak garing, dan agar lebih komunikatif, “sebelum kita memulai acara ini, tidak baik kan kalau kita tidak saling mengenal, karena banyak orang berkata tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak jodoh, tak jodoh ya kasihan deh lu. perkenalkan nama saya Edi dan nama saya Onen”, begitulah mereka berdua memperkenalkan nama mereka. Menurut susunan acara seharusnya mereka membawakan acara pengenalan terhadap organisasi serta seluk beluknya dan pengenalan terhadap senior-senior -baik yang sedang merintis karir maupun yang telah sukses berkiprah di dunia yang digelutinya-. Menurutku, mereka berdua, kak Edi dan kak Onen di depan sana sangat sukses membawakan acara ini, terbukti dengan kami semua yang antusias mengikuti acara sampai saat ini, dan acara ini pun sering diselingi oleh tawa yang sangat lepas dari semua orang yang berada disana, kami mendapatkan tawa yang tidak kami semua temukan sewaktu sibuk menimba ilmu pada saat masa-masa kuliah kami, tawa ini disebabkan oleh ocehan-ocehan yang mereka bawakan dengan menggunakan bahasa yang mudah di pahami tapi tetap gaul, bahkan tidak sedikit dari senior-senior kami yang disentil oleh mereka, dan mereka yang tersentil pun ikut tertawa bersama kami karena cara mereka membawakan ocehan dan sentilan tersebut khas dan lucu, namun tetap tidak ada yang merasa tersudutkan, disudutkan atau terprovokasi, maklum saja, mereka berdua itu adalah penyiar radio kondang di kota ini, tidak ada orang yang menyangsikan kehebatan mereka dalam mengolah kata-kata.
Saat itu, Semua orang yang ada disana sangat larut dalam suasana kegembiraan dan rasa kekeluargaan yang tinggi, pandangan kami tidak pernah lepas dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh kedua pembawa acara yang kocak ini, karena dengan memalingkan wajah walaupun sedetik itu sama dengan melewatkan salah satu dari moment penting di acara ini, tidak terasa jam di tangan ku telah menunjukkan pukul 21.46. sudah selama ini kami duduk bersama disini, hampir dua jam menyaksikan acara live show yang tiada duanya bagi ku ini.
Dalam lamunan ku waktu itu, sempat terpikir mungkin inilah kado spesial di hari ulang tahun ku yang ke 18, yang tepat jatuh pada hari ini sabtu, 30 Januari 2010, mungkin orang-orang disana tidak ada yang tau moment spesial apa yang terjadi pada ku saat ini, dan aku mendapati pertambahan umurku ini tidak didampingi oleh keluarga ku yang terkasih. Tapi tidak masalah bagi ku, toh biasanya juga tidak ada perayaan atau momen spesial dalam setiap pertambahan umurku ini, hanya berlalu seperti hari-hari biasa saja. Namun menurutku suguhan dari acara ini telah menjadi sebuah kado spesial yang tidak akan terlupakan dalam hidupku, dan ditambah dengan sebuah lagu “Happy Birthday to you” melengkapi malam indah ku saat ini, walaupun itu hanya dapat ku nyanyikan dalam hati.
“zzz zzz” “zzz zzz”
Tiba-tiba sebuah getaran dari dalam saku calana ku membuyarkan lamunan-lamunan indah yang ku alami tadi, handphone ku bergetar. Dalam hati aku bertanya-tanya, “siapa ya yang masih menghubungiku di waktu yang sudah semalam ini, pentingkah?, perlukah aku lihat atau aku abaikan saja, biar besok pagi saja aku lihat karena menurutku lebih penting saat ini untuk tetap menyaksikan setiap tindakan yang dialkukan oleh kak onen dan kak edi di depan sana, aku tak mau melewatkan sedetikpun kado ulang tahun ku ini”. Namum tiba-tiba perasaan ku menjadi tidak enak, batin ku memaksa ku untuk mengecek handphone ku secepatnya, “ okelah, lebih baik aku cek saja handphone ku, siapa tau itu memang penting”. Lalu dengan merogoh saku calana kiri ku, aku keluarkan handphone itu, sambil masih tetap memperhatikan acara yang berlangsung. Ku lihat pada layar handphone ku tertulis;
“ 1 pesan diterima ”
Oh cuma sebuah pesan singkat, paling itu pesan dari teman ku yang tak ada kerjaan di malam minggu ini. Ku coba juga untuk membacanya, tombol aktif, lalu ku tekan tombol baca, tertulis pengirimnya disana adalah dari seorang teman yang baru ku kenal beberapa hari belakangan ini, walaupun baru ku kenal tapi aku sangat percaya padanya, di dalam pesan itu tertulis ..., astagfirullah, itulah kata pertama yang terucap dari mulutku, tak berani aku melanjutkan membaca lanjutan pesan tersebut, tiap kata disana bagaikan godam besar yang menghantam hati ku, tulang-tulang ku serasa di lolosi satu-persatu, aku berpikir alam seakan tak memihak sedikitpun pada ku saat itu, semangat ku hilang, acara yang sedang ku ikuti pun tak lagi fokus ku saksikan, dunia terasa hampa, inikah hasil dari semua yang ku lakukan selama 6 bulan terakhir ini, ataukah ini kado ulang tahunku yang sebenarnya?.
Pikiran ku menerawang tak jelas, pandangan ku tidak lagi ke arah dua orang pembawa acara tersebut, melainkan ke arah lain di luar tenda pengungsian ini, apa yang ku lihat? tidak bisa kupastikan, yang jelas pandangan ku hanya tertuju ke sebuah titik di luar sana, titik itu hanya dapat ku lihat dengan tatapan kosong, disaat lamunan yang tak jelas itu tiba-tiba saja bayangan-bayangan yang rasanya pernah ku alami sebelumnya mampir lagi dalam ingatanku...
Senin, 10 Agustus 2009
Universitas Negeri Padang atau biasa dikenal dengan sebutan UNP, sebuah kampus yang menghasilkan para intelektual-intelektual nan religius pada hari itu tampak ramai, malah sangat ramai bagiku yang orang yang berasal dari daerah ini, belum aku memasuki kampus nan megah ini suasanya sudah terasa berbeda, sebuah gerbang megah menyambut kedatangan ku, hmmm, gerbang yang aneh menurutku, aku dapat melihat dibagian tengah terdapat tiga buah tingkatan yang tidak ku tahu apa maksudnya, namum ku terka-terka saja mungkin itu 3 buah buku yang disusun betingkat, karena aku berada di lingkungan pendidikan saat ini, dan dibagian atasnya tedapat api yang menyala, lalu di pinggir dari gerbang tersebut terdapat sepasang sayap yang besar. Ya mungkin gerbang ini melambangkan ciri khas kampus ini, dan disana, di bawah lambang tadi terdapat tulisan “ALAM TAKAMBANG JADI GURU”, apakah maksud dari kiasan minang itu terpampang disana? Itulah yang harus ku cari tahu sewaktu aku telah resmi menjadi mahasiswa di kampus ini. Melewati gerbang megah tadi, pandangan mataku langsung tertuju ke sebuah bangunan yang tidak kalah megahnya, sebuah bangunan modern yang di padukan dengan arsitektur tradisonal minang kabau, . . . . .
- bersambung.
Sabtu, 30 Januari 2010
Hari ini, tanggal 30 januari 2010, disaat kebanyakan dari teman-teman ku menikmati liburan kuliah yang indah di kampung halaman mereka masing-masing, namun nasib berbeda tengah menimpaku saat ini, aku harus tetap datang ke kampus, padahal sekarang adalah pertengahan masa liburan semester. Menyesal?, tidak, karena ini adalah buah dari pilihanku sebelumnya, pilihan untuk bergabung dengan organisasi ini, sebuah organisasi yang menurut ku layak untuk ku masuki dan LOYALITAS-lah kata kunci untuk bisa bergabung dengan orang-orang pilihan disini.
Waktu di jam tangan ku menunjukkan pukul 20.00, sudah larut malam, memang itulah jadwal acara yang ditetapkan oleh panitia. Terduduk di antara ratusan anak manusia yang memiliki kesamaan tujuan, di dalam sebuah tenda pengungsian bekas bantuan gempa yang belum lama terjadi di daerah tersebut, itulah situasi yang sedang kualami, suasananya ramai dan riuh. Pra-Diklat UKKPK UNP adalah nama acara yang kami jalani saat ini. Kami dikumpulkan dan disuruh untuk duduk serapi mungkin guna berjalannya acara ini dengan lancar. Aku lebih memilih duduk di bagian paling pinggir agar bisa sedikit lebih leluasa, karena suasana di tenda pengungsian ini sangat menyiksaku dengan udaranya yang cukup panas, mungkin dikarenakan sirkulasi udaranya yang kurang baik.
Namun kenapa masih ada saja orang yang memilih duduk di tengah kerumunan ini, apakah mereka tidak merasakan kepanasan seperti yang kurasakan, ataukah mereka rela menahan panas demi bisa esksis di depan kakak-kakak senior kami. “Ah! Biarkan saja mereka begitu, jangan di urusin, toh uang jajan mu tidak akan berkurang karena tindakan mereka itu”, itulah kata-kata yang biasa diutarakan teman ku jika melihat orang yang suka ingin tahu dengan kegiatan orang lain.
Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran Kampus atau disingkat UKKPK, itulah nama organisasi yang sangat ingin kumasuki ini, aku ingin jadi bagian didalamnya, inilah wadah bagiku, sebuah wadah yang mencurahakan banyak ilmu, ilmu yang belum tentu bisa ku dapat ditempat lain, aku ingin meneguk semua ilmu-ilmu itu, dan dapat dengan segera merealisasikan salah satu cita-cita mulia ku di disini, menjadi penyiar radio.
Disana, Di depan kami, dua orang kakak senior tengah asik bercengkrama guna membuat acara yang kami ikuti ini tidak garing, dan agar lebih komunikatif, “sebelum kita memulai acara ini, tidak baik kan kalau kita tidak saling mengenal, karena banyak orang berkata tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak jodoh, tak jodoh ya kasihan deh lu. perkenalkan nama saya Edi dan nama saya Onen”, begitulah mereka berdua memperkenalkan nama mereka. Menurut susunan acara seharusnya mereka membawakan acara pengenalan terhadap organisasi serta seluk beluknya dan pengenalan terhadap senior-senior -baik yang sedang merintis karir maupun yang telah sukses berkiprah di dunia yang digelutinya-. Menurutku, mereka berdua, kak Edi dan kak Onen di depan sana sangat sukses membawakan acara ini, terbukti dengan kami semua yang antusias mengikuti acara sampai saat ini, dan acara ini pun sering diselingi oleh tawa yang sangat lepas dari semua orang yang berada disana, kami mendapatkan tawa yang tidak kami semua temukan sewaktu sibuk menimba ilmu pada saat masa-masa kuliah kami, tawa ini disebabkan oleh ocehan-ocehan yang mereka bawakan dengan menggunakan bahasa yang mudah di pahami tapi tetap gaul, bahkan tidak sedikit dari senior-senior kami yang disentil oleh mereka, dan mereka yang tersentil pun ikut tertawa bersama kami karena cara mereka membawakan ocehan dan sentilan tersebut khas dan lucu, namun tetap tidak ada yang merasa tersudutkan, disudutkan atau terprovokasi, maklum saja, mereka berdua itu adalah penyiar radio kondang di kota ini, tidak ada orang yang menyangsikan kehebatan mereka dalam mengolah kata-kata.
Saat itu, Semua orang yang ada disana sangat larut dalam suasana kegembiraan dan rasa kekeluargaan yang tinggi, pandangan kami tidak pernah lepas dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh kedua pembawa acara yang kocak ini, karena dengan memalingkan wajah walaupun sedetik itu sama dengan melewatkan salah satu dari moment penting di acara ini, tidak terasa jam di tangan ku telah menunjukkan pukul 21.46. sudah selama ini kami duduk bersama disini, hampir dua jam menyaksikan acara live show yang tiada duanya bagi ku ini.
Dalam lamunan ku waktu itu, sempat terpikir mungkin inilah kado spesial di hari ulang tahun ku yang ke 18, yang tepat jatuh pada hari ini sabtu, 30 Januari 2010, mungkin orang-orang disana tidak ada yang tau moment spesial apa yang terjadi pada ku saat ini, dan aku mendapati pertambahan umurku ini tidak didampingi oleh keluarga ku yang terkasih. Tapi tidak masalah bagi ku, toh biasanya juga tidak ada perayaan atau momen spesial dalam setiap pertambahan umurku ini, hanya berlalu seperti hari-hari biasa saja. Namun menurutku suguhan dari acara ini telah menjadi sebuah kado spesial yang tidak akan terlupakan dalam hidupku, dan ditambah dengan sebuah lagu “Happy Birthday to you” melengkapi malam indah ku saat ini, walaupun itu hanya dapat ku nyanyikan dalam hati.
“zzz zzz” “zzz zzz”
Tiba-tiba sebuah getaran dari dalam saku calana ku membuyarkan lamunan-lamunan indah yang ku alami tadi, handphone ku bergetar. Dalam hati aku bertanya-tanya, “siapa ya yang masih menghubungiku di waktu yang sudah semalam ini, pentingkah?, perlukah aku lihat atau aku abaikan saja, biar besok pagi saja aku lihat karena menurutku lebih penting saat ini untuk tetap menyaksikan setiap tindakan yang dialkukan oleh kak onen dan kak edi di depan sana, aku tak mau melewatkan sedetikpun kado ulang tahun ku ini”. Namum tiba-tiba perasaan ku menjadi tidak enak, batin ku memaksa ku untuk mengecek handphone ku secepatnya, “ okelah, lebih baik aku cek saja handphone ku, siapa tau itu memang penting”. Lalu dengan merogoh saku calana kiri ku, aku keluarkan handphone itu, sambil masih tetap memperhatikan acara yang berlangsung. Ku lihat pada layar handphone ku tertulis;
“ 1 pesan diterima ”
Oh cuma sebuah pesan singkat, paling itu pesan dari teman ku yang tak ada kerjaan di malam minggu ini. Ku coba juga untuk membacanya, tombol aktif, lalu ku tekan tombol baca, tertulis pengirimnya disana adalah dari seorang teman yang baru ku kenal beberapa hari belakangan ini, walaupun baru ku kenal tapi aku sangat percaya padanya, di dalam pesan itu tertulis ..., astagfirullah, itulah kata pertama yang terucap dari mulutku, tak berani aku melanjutkan membaca lanjutan pesan tersebut, tiap kata disana bagaikan godam besar yang menghantam hati ku, tulang-tulang ku serasa di lolosi satu-persatu, aku berpikir alam seakan tak memihak sedikitpun pada ku saat itu, semangat ku hilang, acara yang sedang ku ikuti pun tak lagi fokus ku saksikan, dunia terasa hampa, inikah hasil dari semua yang ku lakukan selama 6 bulan terakhir ini, ataukah ini kado ulang tahunku yang sebenarnya?.
Pikiran ku menerawang tak jelas, pandangan ku tidak lagi ke arah dua orang pembawa acara tersebut, melainkan ke arah lain di luar tenda pengungsian ini, apa yang ku lihat? tidak bisa kupastikan, yang jelas pandangan ku hanya tertuju ke sebuah titik di luar sana, titik itu hanya dapat ku lihat dengan tatapan kosong, disaat lamunan yang tak jelas itu tiba-tiba saja bayangan-bayangan yang rasanya pernah ku alami sebelumnya mampir lagi dalam ingatanku...
Senin, 10 Agustus 2009
Universitas Negeri Padang atau biasa dikenal dengan sebutan UNP, sebuah kampus yang menghasilkan para intelektual-intelektual nan religius pada hari itu tampak ramai, malah sangat ramai bagiku yang orang yang berasal dari daerah ini, belum aku memasuki kampus nan megah ini suasanya sudah terasa berbeda, sebuah gerbang megah menyambut kedatangan ku, hmmm, gerbang yang aneh menurutku, aku dapat melihat dibagian tengah terdapat tiga buah tingkatan yang tidak ku tahu apa maksudnya, namum ku terka-terka saja mungkin itu 3 buah buku yang disusun betingkat, karena aku berada di lingkungan pendidikan saat ini, dan dibagian atasnya tedapat api yang menyala, lalu di pinggir dari gerbang tersebut terdapat sepasang sayap yang besar. Ya mungkin gerbang ini melambangkan ciri khas kampus ini, dan disana, di bawah lambang tadi terdapat tulisan “ALAM TAKAMBANG JADI GURU”, apakah maksud dari kiasan minang itu terpampang disana? Itulah yang harus ku cari tahu sewaktu aku telah resmi menjadi mahasiswa di kampus ini. Melewati gerbang megah tadi, pandangan mataku langsung tertuju ke sebuah bangunan yang tidak kalah megahnya, sebuah bangunan modern yang di padukan dengan arsitektur tradisonal minang kabau, . . . . .
- bersambung.
Langganan:
Komentar (Atom)