Bagian 1
Sabtu, 30 Januari 2010
Hari ini, tanggal 30 januari 2010, disaat kebanyakan dari teman-teman ku menikmati liburan kuliah yang indah di kampung halaman mereka masing-masing, namun nasib berbeda tengah menimpaku saat ini, aku harus tetap datang ke kampus, padahal sekarang adalah pertengahan masa liburan semester. Menyesal?, tidak, karena ini adalah buah dari pilihanku sebelumnya, pilihan untuk bergabung dengan organisasi ini, sebuah organisasi yang menurut ku layak untuk ku masuki dan LOYALITAS-lah kata kunci untuk bisa bergabung dengan orang-orang pilihan disini.
Waktu di jam tangan ku menunjukkan pukul 20.00, sudah larut malam, memang itulah jadwal acara yang ditetapkan oleh panitia. Terduduk di antara ratusan anak manusia yang memiliki kesamaan tujuan, di dalam sebuah tenda pengungsian bekas bantuan gempa yang belum lama terjadi di daerah tersebut, itulah situasi yang sedang kualami, suasananya ramai dan riuh. Pra-Diklat UKKPK UNP adalah nama acara yang kami jalani saat ini. Kami dikumpulkan dan disuruh untuk duduk serapi mungkin guna berjalannya acara ini dengan lancar. Aku lebih memilih duduk di bagian paling pinggir agar bisa sedikit lebih leluasa, karena suasana di tenda pengungsian ini sangat menyiksaku dengan udaranya yang cukup panas, mungkin dikarenakan sirkulasi udaranya yang kurang baik.
Namun kenapa masih ada saja orang yang memilih duduk di tengah kerumunan ini, apakah mereka tidak merasakan kepanasan seperti yang kurasakan, ataukah mereka rela menahan panas demi bisa esksis di depan kakak-kakak senior kami. “Ah! Biarkan saja mereka begitu, jangan di urusin, toh uang jajan mu tidak akan berkurang karena tindakan mereka itu”, itulah kata-kata yang biasa diutarakan teman ku jika melihat orang yang suka ingin tahu dengan kegiatan orang lain.
Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran Kampus atau disingkat UKKPK, itulah nama organisasi yang sangat ingin kumasuki ini, aku ingin jadi bagian didalamnya, inilah wadah bagiku, sebuah wadah yang mencurahakan banyak ilmu, ilmu yang belum tentu bisa ku dapat ditempat lain, aku ingin meneguk semua ilmu-ilmu itu, dan dapat dengan segera merealisasikan salah satu cita-cita mulia ku di disini, menjadi penyiar radio.
Disana, Di depan kami, dua orang kakak senior tengah asik bercengkrama guna membuat acara yang kami ikuti ini tidak garing, dan agar lebih komunikatif, “sebelum kita memulai acara ini, tidak baik kan kalau kita tidak saling mengenal, karena banyak orang berkata tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak jodoh, tak jodoh ya kasihan deh lu. perkenalkan nama saya Edi dan nama saya Onen”, begitulah mereka berdua memperkenalkan nama mereka. Menurut susunan acara seharusnya mereka membawakan acara pengenalan terhadap organisasi serta seluk beluknya dan pengenalan terhadap senior-senior -baik yang sedang merintis karir maupun yang telah sukses berkiprah di dunia yang digelutinya-. Menurutku, mereka berdua, kak Edi dan kak Onen di depan sana sangat sukses membawakan acara ini, terbukti dengan kami semua yang antusias mengikuti acara sampai saat ini, dan acara ini pun sering diselingi oleh tawa yang sangat lepas dari semua orang yang berada disana, kami mendapatkan tawa yang tidak kami semua temukan sewaktu sibuk menimba ilmu pada saat masa-masa kuliah kami, tawa ini disebabkan oleh ocehan-ocehan yang mereka bawakan dengan menggunakan bahasa yang mudah di pahami tapi tetap gaul, bahkan tidak sedikit dari senior-senior kami yang disentil oleh mereka, dan mereka yang tersentil pun ikut tertawa bersama kami karena cara mereka membawakan ocehan dan sentilan tersebut khas dan lucu, namun tetap tidak ada yang merasa tersudutkan, disudutkan atau terprovokasi, maklum saja, mereka berdua itu adalah penyiar radio kondang di kota ini, tidak ada orang yang menyangsikan kehebatan mereka dalam mengolah kata-kata.
Saat itu, Semua orang yang ada disana sangat larut dalam suasana kegembiraan dan rasa kekeluargaan yang tinggi, pandangan kami tidak pernah lepas dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh kedua pembawa acara yang kocak ini, karena dengan memalingkan wajah walaupun sedetik itu sama dengan melewatkan salah satu dari moment penting di acara ini, tidak terasa jam di tangan ku telah menunjukkan pukul 21.46. sudah selama ini kami duduk bersama disini, hampir dua jam menyaksikan acara live show yang tiada duanya bagi ku ini.
Dalam lamunan ku waktu itu, sempat terpikir mungkin inilah kado spesial di hari ulang tahun ku yang ke 18, yang tepat jatuh pada hari ini sabtu, 30 Januari 2010, mungkin orang-orang disana tidak ada yang tau moment spesial apa yang terjadi pada ku saat ini, dan aku mendapati pertambahan umurku ini tidak didampingi oleh keluarga ku yang terkasih. Tapi tidak masalah bagi ku, toh biasanya juga tidak ada perayaan atau momen spesial dalam setiap pertambahan umurku ini, hanya berlalu seperti hari-hari biasa saja. Namun menurutku suguhan dari acara ini telah menjadi sebuah kado spesial yang tidak akan terlupakan dalam hidupku, dan ditambah dengan sebuah lagu “Happy Birthday to you” melengkapi malam indah ku saat ini, walaupun itu hanya dapat ku nyanyikan dalam hati.
“zzz zzz” “zzz zzz”
Tiba-tiba sebuah getaran dari dalam saku calana ku membuyarkan lamunan-lamunan indah yang ku alami tadi, handphone ku bergetar. Dalam hati aku bertanya-tanya, “siapa ya yang masih menghubungiku di waktu yang sudah semalam ini, pentingkah?, perlukah aku lihat atau aku abaikan saja, biar besok pagi saja aku lihat karena menurutku lebih penting saat ini untuk tetap menyaksikan setiap tindakan yang dialkukan oleh kak onen dan kak edi di depan sana, aku tak mau melewatkan sedetikpun kado ulang tahun ku ini”. Namum tiba-tiba perasaan ku menjadi tidak enak, batin ku memaksa ku untuk mengecek handphone ku secepatnya, “ okelah, lebih baik aku cek saja handphone ku, siapa tau itu memang penting”. Lalu dengan merogoh saku calana kiri ku, aku keluarkan handphone itu, sambil masih tetap memperhatikan acara yang berlangsung. Ku lihat pada layar handphone ku tertulis;
“ 1 pesan diterima ”
Oh cuma sebuah pesan singkat, paling itu pesan dari teman ku yang tak ada kerjaan di malam minggu ini. Ku coba juga untuk membacanya, tombol aktif, lalu ku tekan tombol baca, tertulis pengirimnya disana adalah dari seorang teman yang baru ku kenal beberapa hari belakangan ini, walaupun baru ku kenal tapi aku sangat percaya padanya, di dalam pesan itu tertulis ..., astagfirullah, itulah kata pertama yang terucap dari mulutku, tak berani aku melanjutkan membaca lanjutan pesan tersebut, tiap kata disana bagaikan godam besar yang menghantam hati ku, tulang-tulang ku serasa di lolosi satu-persatu, aku berpikir alam seakan tak memihak sedikitpun pada ku saat itu, semangat ku hilang, acara yang sedang ku ikuti pun tak lagi fokus ku saksikan, dunia terasa hampa, inikah hasil dari semua yang ku lakukan selama 6 bulan terakhir ini, ataukah ini kado ulang tahunku yang sebenarnya?.
Pikiran ku menerawang tak jelas, pandangan ku tidak lagi ke arah dua orang pembawa acara tersebut, melainkan ke arah lain di luar tenda pengungsian ini, apa yang ku lihat? tidak bisa kupastikan, yang jelas pandangan ku hanya tertuju ke sebuah titik di luar sana, titik itu hanya dapat ku lihat dengan tatapan kosong, disaat lamunan yang tak jelas itu tiba-tiba saja bayangan-bayangan yang rasanya pernah ku alami sebelumnya mampir lagi dalam ingatanku...
Senin, 10 Agustus 2009
Universitas Negeri Padang atau biasa dikenal dengan sebutan UNP, sebuah kampus yang menghasilkan para intelektual-intelektual nan religius pada hari itu tampak ramai, malah sangat ramai bagiku yang orang yang berasal dari daerah ini, belum aku memasuki kampus nan megah ini suasanya sudah terasa berbeda, sebuah gerbang megah menyambut kedatangan ku, hmmm, gerbang yang aneh menurutku, aku dapat melihat dibagian tengah terdapat tiga buah tingkatan yang tidak ku tahu apa maksudnya, namum ku terka-terka saja mungkin itu 3 buah buku yang disusun betingkat, karena aku berada di lingkungan pendidikan saat ini, dan dibagian atasnya tedapat api yang menyala, lalu di pinggir dari gerbang tersebut terdapat sepasang sayap yang besar. Ya mungkin gerbang ini melambangkan ciri khas kampus ini, dan disana, di bawah lambang tadi terdapat tulisan “ALAM TAKAMBANG JADI GURU”, apakah maksud dari kiasan minang itu terpampang disana? Itulah yang harus ku cari tahu sewaktu aku telah resmi menjadi mahasiswa di kampus ini. Melewati gerbang megah tadi, pandangan mataku langsung tertuju ke sebuah bangunan yang tidak kalah megahnya, sebuah bangunan modern yang di padukan dengan arsitektur tradisonal minang kabau, . . . . .
- bersambung.
1 komentar:
HWAAAAAAA............. BIKIN PENASARAN.., TULISAN ABG BAGUS.. LIKE THISS :)
Posting Komentar